Debur ombak menyapu pesisir,
terkikis, hanyut terbawa arus,
jauh, hingga cahaya enggan
menjangkaunya..
Satu persatu mereka menyanyikanku lagu
rindu,
merdu, bak labuhkan perahu pada tempat
yang semestinya..
Aku bertanya, “dimana aku?”..
Kata mereka, “ini adalah surga dunia,
yang fana, yang sirna tanpa rasa,
dengan bulan yang terlihat selalu singgah
sementara”..
Dan, “siapa kamu?”..
“Aku hanya matahari yang berputar
bersama waktu,
menghilang dampingi mimpi,
atau hanya insani yang menyemu dalam angan
duniawi”, jawabnya..
Jika asa adalah rasa, apa yang salah
dengan mereka?
Mereka hanya duduk menanti datangnya
pagi
atau melekat, terlelap malam berharap
mimpi
Ya, aku merasakan asa yang menjadi
rasaku semakin mengasaiku..
Seperti jelmaan fantasi semukan dua
dunia
Seperti intuisi diri yang sampai
sekarang tak kupahami
Jika asaku bertanam doa, bukan doa yang
mengubah dunia..
Jangan pula salahkan dunia, karena itu hanya
tempat rasaku berada..
Matahari juga begitu, hanya memberi rasa,
hanya menjaga bumi bersama waktu..
Dan rasapun tak salah, hanya saja akal manusialah
yang tak mampu menjaga..
Oke, kembali aku menatap ombak
hingga terbawa aku tersapu kembali..



